Hukum Memakai Hijab Cadar Niqab
HUKUM MEMAKAI CADAR (NIQOB / HIJAB)
Assalamualaykum wa rahmatullahi wa barakatuh. Usyadz ana mau bertanya apa hukumnya jika orang tua ana menyuruh ana membuka cadar saat hari pernikahan ana karna calon mertua ana tidak suka ana bercadar. Padahal dari awal taaruf ana sudah membahas hal ini dengan calon dan calon suami ana mengatakan untuk tidak perlu khawatir mengenai cadar ana. Sekarang menuju proses pernikahan dan ortu ana menyuruh ana membuka cadar saat hari H dengan alasan di atas.Ana sudah memutuskan untuk memakai cadar karna dari awal calon suami ana tidak meminta ana membuka cadar saat pernikahan kami. Ortu ana memaksa ana untuk membuka cadar ana sehari saja saat menikah tapi ana merasa berat karna dalam keseharian orang orang sudah melihat ana bercadar dan ana ingin komit mengikuti sunnah rasul. Apa yang harus ana lakukan ustadz.. mohon jawabannya ustadz, Jazakallahu khayran.
JAWABAN
PENGERTIAN JILBAB, HIJAB DAN CADAR
Pertama, perlu diketahui beberapa istilah terkait penutup kepala wanita yang dikenal di dunia Arab dan Indonesia.
Istilah bahasa Indonesia:
(a) Jilbab: menurut kamur besar bahasa Indonesia (KBBI) jilbab adalah kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada. Secara istilah, jilbab adalah busana muslim terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Jilbab dalam pengertian ini dikenal juga dengan hijab.
(b) Cadar: menurut KBBI adalah kain penutup kepala atau muka (bagi perempuan).
Istilah bahasa Arab:
(a) Jilbab bentuk tunggal dari jamak jalabib (جِلباب - جلابيبُ) secara bahasa memiliki beberapa pengertian, yaitu: 1. Pakaian yang menutupi seluruh tubuh; 2. Pakaian yang dipakai di luar baju seperti abaya dan jubah di Arab Saudi; 3. Baju panjang dan longgar yang memiliki penutup kepala dipakai oleh pria dan wanita dan populer di Maroko. Dalam istilah Al-Quran sebagaimana dipahami dari QS Al-Ahzab 33:59 adalah pakaian yang menutupi tubuh perempuan [ ثوب واسع تشتمل به المرأة].
(b) Hijab secara bahasa adalah 1. sesuatu yang menutupi, tirai; 2. Penutup wajah perempuan. Dalam arti kedua ini hijab disebut juga dengan khimar (الخِمارَ) dan niqab (النِّقابَ)
(c) Niqab adalah kain yang dibuat oleh perempuan untuk menutupi wajah dan hidungnya. Kata lain adalah: qina' (الْقِنَاعُ), khimar (الخِمارَ), hijab (الْحِجَابُ), niqab (النِّقابَ)
(d) Khimar memiliki tiga makna: 1. Segala sesuatu yang menutupi; 2. Khimar perempuan: pakaian untuk menutupi kepala perempuan; 3. Khimar laki-laki: sorban laki-laki. Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah mengusap khuf (muza / kaus kaki khusus) dan khimar yakni surban.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah bahasa Arab yang paling mendekati kata cadar atau alat penutup wajah wanita adalah niqab dan hijab (untuk level tertentu). Sedangkan jilbab dan khimar memiliki makna yang masih ambigu. Namun dalam literatur Arab klasik, kata-kata di atas sering dipakai secara berkelindan (interchangeable).
HUKUM NIQAB ATAU CADAR
Ulama berbeda pendapat tentang hukum memakai cadar.
(a) Mayoritas ulama (jumhur) dari madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan satu riwayat dari madzhab Hanbali menyatakan bahwa wajah dan telapak tangan wanita bukan aurat. Oleh karena itu boleh terbuka. Namun untuk wanita muda disyaratkan aman dari fitnah. Ini juga pendapat Sahabat seperti Ibnu Abbas, dan Tabi'in seperti Said bin Jubair, Atha', dan Auza'i dan pendapat sebagian ulama kontemporer. Mereka menafsiri ayat dalam QS An-Nur 24:31 bahwa yang zhahir dari perhiasan yang dibolehkan adalah wajah dan kedua telapak tangan. (Lihat, Al-Mausuah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 32/44-45). Baca detail: Aurat Wanita dan Laki-laki dalam Islam
(b) Ahmad bin Hanbal termasuk yang menganggap bahwa wajah dan kedua telapak tangan adalah aurat dan karena itu menutup wajah atau memakai cadar adalah wajib. Pendapat ini sama dengan pandangan Sahabat Ibnu Mas'ud dan sebagian ulama kontemporer terutama dari kalangan Salafi Wahabi (Sawah) seperti Bin Baz, Usaimin, dll. Baca detail: Wahabi, Apa itu?
Apabila kewajiban memakai cadar masih dipersilihkan ulama, bahkan mayoritas ulama menganggap tidak wajib, sementara di sisi lain taat pada orang tua itu wajib secara mutlak. Maka, mengikuti perintah orang tua itu lebih diutamakan dan didahulukan selagi tidak terkait dengan maksiat. Tidak taat dalam hal ini hukumnya haram dan berdosa secara syariah, dan menunjukkan keegoisan anda secara sosial. Baca detail: Hukum Taat dan Berbakti pada Orang Tua
RINCIAN PANDANGAN EMPAT MADZHAB TENTANG AURAT WANITA
Madzhab Hanafi
Muhammad bin Al-Hasan Al-Syaibani dalam kitab Al-Ashl, hlm. 2/235-236, menyatakan:
أما المرأة الحرة التي لا نكاح بينه وبينها ، ولا حرمة ، ممن يحل له نكاحها : فليس ينبغي له أن ينظر إلى شيء منها مكشوفا ؛ إلا الوجه والكف ، ولا بأس أن ينظر إلى وجهها وإلى كفها ، ولا ينظر إلى شيء غير ذلك منها . وهذا قول أبي حنيفة .
وقال الله تبارك وتعالى { وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا } ، ففسر المفسرون أن ما ظهر منها : الكحل والخاتم ، والكحل زينة الوجه ، والخاتم زينة الكف ، فرخص في هاتين الزينتين .
ولا بأس بأن ينظر إلى وجهها وكفها ؛ إلا أن يكون إنما ينظر إلى ذلك اشتهاء منه لها . فإن كان ذلك ، فليس ينبغي له أن ينظر إليه )) .
Madzhab Maliki
Imam Maliki dalam Al-Muwatta' sebagaimana dikutip dalam Al-Mudawwanah, 2/334-335, mengkonfirmasi bahwa aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
من رواية الليثي وأبي مصعب الزهري
وسئل مالك: هل تأكل المرأة مع غير ذي محرم منها ، أو مع غلامها؟ قال: ليس بذلك بأس ، إذا كان ذلك على وجه ما يُعرف للمرأة أن تأكل معه من الرجال . وقد تأكل المرأة مع زوجها. ومع غيره ممن يؤاكله. أو مع أخيها على مثل ذلك. ويكره للمرأة أن تخلو مع الرجل، ليس بينه وبينها حرمة
يقول القاضي عياض في إكمال المعلم : « وهذا ليس فيه إلا إبداء كفيها ووجهها، وذلك مباح منها النظر إليه لغير تلذذ ومداومة لتأمل المحاسن. قال ابن عباس: {وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا}، قال: الوجه والكفان، وقاله عطاء . وذكر ابن بكير: أنه قول مالك وغيره، وإليه مال إسماعيل القاضى قال: لأنه الذى يبدو من المرأة فى الصلاة
نقل عن ابن بكير (وهو يحيى بن عبد الله بن بكير : من تلامذة الإمام مالك الآخذين عنه ، ومن رواة الموطأ عنه ) أنه نقل عن الإمام مالك أن الوجه والكفين ليسا عورة .
قال ابن القاسم للإمام مالك ، وهو يتكلم عن الظهار : « قلت: أرأيت المرأة إذا ظاهر منها زوجها هل يجب عليها أن تمنعه نفسها؟
قال: قال مالك: نعم، تمنعه نفسها قال: ولا يصلح له أن ينظر إلى شعرها ولا إلى صدرها .
قال: فقلت لمالك أفينظر إلى وجهها ، فقال : نعم ، وقد ينظر غيره أيضا إلى وجهها» .
Madzhab Syafi'i
Imam Syafi'i dalam Al-Umm, hlm. 1/109, menyatakan bahwa aurat perempuan seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Imam Muzani dalam menafsiri QS An-Nur 24:31 yang dikecualikan di situ adalah wajah dan telapak tangan.
قال الشافعي في الأم (1/ 109) : «وعورة الرجل ما دون سرته إلى ركبتيه ، ليس سرته ولا ركبتاه من عورته ، وعلى المرأة أن تغطي في الصلاة كل بدنها ، ما عدا كفها ووجهها» .
وقال أيضا (1/109) : «وعورة الرجل ما وصفت ، وكل المرأة عورة ؛ إلا كفيها ووجهها ، وظهر قدميها عورة . فإذا انكشف من الرجل في صلاته شيء مما بين سرته وركبته ، ومن المرأة في صلاتها شيء من شعرها قل أو كثر ، ومن جسدها سوى وجهها وكفيها وما يلي الكف من موضع مفصلها ، ولا يعدوه ، علما أم لم يعلما = أعادا الصلاة معا ؛ إلا أن يكون تنكشف بريح، أو سقطة» .
ونقل عنه المزني في مختصره قوله : «وعلى المرأة إذا كانت حرة أن تستتر في صلاتها حتى لا يظهر منها شيء إلا وجهها وكفاها، فإن ظهر منها شيء سوى ذلك أعادت الصلاة» .
ونقل المزني عن الشافعي أنه فسر الآية { وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا } ، بأنها الوجه والكفان ، فقال : «قال : وإذا أراد أن يتزوج المرأة فليس له أن ينظر إليها حاسرة وينظر إلى وجهها وكفيها وهي متغطية بإذنها وبغير إذنها قال الله تعالى {ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها} [النور: 31] قال الوجه والكفان » .