Air Yang Tidak Mengalir

status air yang tidak mengalir atau air diam yang menurut Imam Syafi'i ada dua macam yaitu air najis dan air suci. Pengajian ke-7 dari Kitab Al-Umm
Imam Syafi'i berkata: Air yang tidak mengalir (air diam) ada dua macam. Pertama, air yang tetap suci walaupun tercampur dengan perkara yang najis (diharamkan) kecuali apabila warna, bau dan rasa dari benda najis tersebut dominan. Apabila perkara yang haram (najis) tersebut eksis dengan sifat yang disebut maka air menjadi najis seluruhnya baik sedikit atau banyak. Imam Syafi'i berkata begitu juga kalau perkara najis (haram) itu terdapat pada air yang mengalir atau diam.

Kedua, air yang najis karena tercampur dengan perkara najis (haram) walaupun benda najis itu tidak tampak di dalamnya. Apabila seorang berkata, "Apa dalil dalam membedakan air najis dan tidak najis padahal tidak ada perubahan dari keduanya?" Jawabnya adalah: dalil hadits. Telah menceritakan pada saya sejumlah rawi tsiqah (yang dapat dipercaya) dari Walid bin Katsir dari Muhammad bin 'Iyad bin Ja'far dari Ubaidillah bin Abdullah bin Umar dari ayahnya (yakni Umar bin Khattab) bahwasannya Rasulullah bersabda, "Apabila air mencapai dua qullah, maka ia tidak menanggung najis."

Muslim menceritakan pada saya sebuah hadits dari Ibnu Juraij bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila air mencapai 2 qullah, maka ia tidak menanggung najis." Di hadits lain ada tambahan "dengan ukuran qullah Hajar."

Ibnu Juraij berkata, "Saya berpendapat qullah Hajar."

1 qullah mengandung 2 qurbah lebih.

Jadi 2 qullah sama dengan 4 qurbah lebih. Atau 5 qurbah.
Kitab Al-Umm Hal. 43

Bab Hukum Air Diam (Tidak mengalir) menurut kitab Al-Umm oleh Imam Syafi'i.
Artinya: Imam Syafi'i berkata: Muslim berpendapat bahwa hal itu lebih sedikit dari 1/2 qurbah atau 1/2 qurbah, dan berkata, 'lima qurbah adalah ukuran maksimal dari 2 qullah.' Dan 2 qullah terkadang lebih sedikit dari 5 qurbah. Nabi Muhammad bersabda: "Apabila air mencapai 2 qullah, maka ia tidak menanggung najis." Ini menunjukkan bahwa air yang kurang dari 2 kullah menanggung najis.

Imam Syafi'i berkata: Langkah hati-hati ukuran 1 (satu) qullah adalah 2 1/2 qurbah. Maka apabila air mencapai 5 qurbah tidak menanggung najis baik air itu mengalir atau tidak. Ukuran qurbah Hijaz sangat besar. Maka air yang tidak menanggung najis tentunya dengan qurbah yang besar. Apabila air kurang dari 5 qurbah, kemudian kecampuran bangkai, maka hukumnya najis. Dan najis juga setiap wadah yang ada di dalamnya dan apabila dialiri air, wadah itu tidak suci kecuali dengan dibasuh/dicuci. Apabila air kurang dari 5 qurbah kemudian kecampuran najis yang tidak menetap di dalamnya, maka air itu menjadi najis. Apabila air tadi dialiri/dimasuki air lain sehingga jumlah air mencapai 5 qurbah atau lebih maka menjadi suci.

Bab status hukum berkaitan dengan Air diam atau air tidak mengalir menurut Imam Syafi'i dalam kitab Al-Umm.


Artinya: Begitu juga suci seandainya sejumlah air dialirkan pada air di wadah yang lebih sedikit atau lebih banyak sampai kedua air itu mencapai 5 qurbah (2 qullah) maka keduanya tidak saling menajiskan. Apabila keduanya mencapai 5 qurbah (2 kullah) keduanya menjadi suci. Apabila setelah itu dipisah maka tidak menjadi najis kecuali apabila terkena najis baru.

Apabila bangkai atau lainnya jatuh di sumur. Kemudian dikeluarkan dalam satu wadah atau lainnya, maka bangkai itu hendaknya dilempar/dibuang dan wadah yang bersamanya harus dialiri air karena kurang dari 5 qurbah (dua qullah) dan menyendiri dari air yang lain. Saya lebih suka kalau wadah itu dicuci. Apabila tidak dicuci dan ditaruh di air yang banyak maka air banyak juga dapat menyucikan dan tidak menajiskan air yang banyak itu.

-------------------
Air 5 qurbah = 2 qullah = 270 liter menurut Wahbah Zuhaili