Talak Orang Was-was, Sah atau Tidak?

Talak Orang Was-was, Sah atau Tidak?
TALAK ORANG WAS-WAS TIDAK TERJADI: KINAYAH ATAU SHARIH, KECUALI DENGAN SENGAJA

Pertanyaan dari Malaysia:

Lafaz Kinayah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
1. Saya ada satu pertanyaan, adakah ayat pernyataan ‘pergi masjid sebentar’ boleh dikategorikan sebagai lafaz kinayah? Saya jadi bingung kerana saya kurang pasti ketika menyatakan ayat itu saya ada berniat atau sekadar lintasan hati. Situasinya begini, saya sedang bersiap untuk ke masjid bagi menunaikan solat Isyak. Isteri bertanya saya mahu ke mana dan saya menjawab mahu ke masjid, namun was was menyerang membuatkan saya mengulang pernyataan tersebut dengan ayat, ‘lama sudah tidak ke masjid’ kemudian datang niat ‘pergi masjid sebentar’. Persoalannya disini adakah pernyataan tersebut termasuk lafaz kinayah, saya betul-betul keliru. Ketika ayat itu terlafaz saya baik-baik sahaja dengan isteri Apatah lagi saya mmg seorang yang sering diganggu was was. Harap ustaz dapat membantu.

2. Adakah ayat ‘kita teman tidak sehaluan’ juga termasuk kategori lafaz kinayah?

3. Adakah dengusan atau perbuatan meludah juga dikira lafaz kinayah?

4. Adakah bunyi pergerakan bibir dan lidah yang bersentuhan dengan lelangit juga dikira sebagai lafaz sarih atau kinayah yang sah?

Terima kasih

JAWABAN

1. Ucapan ‘pergi masjid sebentar’ tidak ada efek kinayah dalam situasi yang anda maksud. Karena, ucapan itu tidak dalam keadaan untuk mentalak istri melainkan memberitahu istri bahwa anda hendak pergi ke masjid.

2. Kalimat ‘kita teman tidak sehaluan’ bukan termasuk kinayah. Dan tidak ada efek talak.

3. Bukan kinayah. Dan tidak ada efek talak.

4. Bukan kinayah. Dan tidak ada efek talak.

URAIAN

Dari pertanyaan anda maka dengan mudah diketahui bahwa Anda sedang menderita was-was talak. Anda juga mengakui hal itu. Dan orang yang was-was talak (muwaswis) tidak sah ucapan talaknya apabila ucapan itu tidak dikehendakinya. ًWalupun yang dikatakan itu lafaz sharih (apalagi kalau kinayah).

Was-was talak ada beberapa level.

Level pertama, selalu ingin mentalak istri. Namun keinginan itu hanya terucap dalam hati (lintasan hati). Lintasan hati ini terkadang bersamaan dengan ucapan lain sehingga penderita was-was merasa ketakutan. Ini yang terjadi pada anda. Ulama fikih menganjurkan agar tidak perlu takut. Karena lintasan hati bagi orang was-was tidak berakibat talak.

Dalam Al-Mausuah Al-Fiqhiyah hlm. 1/152, dijelaskan:

ولو حدّث نفسه أنه يطلق زوجته ، أو ينذر لله تعالى شيئاً ، ولم ينطق بذلك ، لم يقع طلاقه ، ولم يصح نذره ، لقول النبي صلى الله عليه وسلم " ( إن الله تجاوز لأمتي عما وسوست - أو حدثت - به أنفسها ما لم تعمل به أو تكلم ) " . وقال قتادة بعد أن روى الحديث إذا طلق في نفسه فليس بشيء . وقال عقبة بن عامر لا يجوز طلاق الموسوس . وعلق ابن حجر على هذا القول شارحا له أي لا يقع طلاقه ؛ لأن الوسوسة حديث النفس ولا مؤاخذة بما يقع في النفس .

Artinya: Apabila seseorang berbicara pada diri sendiri (terlintas dalam hatinya) bahwa ia mentalak istrinya, atau bernadzar pada Allah akan sesuatu, akan tetapi dia tidak mengucapkannya, maka talaknya tidak terjadi dan nadzarnya juga tidak sah. Karena Rasulullah bersabda: "Allah mengampuni umatku tentang sesuatu yang mana dia was-was atau terlintas dalam hatinya selagi dia tidak berbuat atau berbicara." Qatadah berkata setelah meriwayatkan hadis: "Apabila suami mentalak istrinya dalam hati maka tidak ada dampak apapun." Uqbah bin Amir berkata: "Tidak terjadi talaknya orang was-was." Ibnu Hajar Al Asqalani berkomentar atas pendapat ini menjelaskan bahwa maksudnya adalah tidak jatuh talaknya. Karena was-was itu adalah lintasan hati dan tidak ada siksa atau dampak hukum atas apa yang terjadi di dalam hati.

Level kedua, was-was sudah tingkat parah sehingga sampai terucap kata talak sama saja hanya gerakan bibir tanpa suara atau terucap secara jelas. Namun ucapan itu tidak dikehendakinya. Maka, dalam kondisi ini juga tidak jatuh talak. Dalam istilah fikih, talak level ini disebut was-was qahri atau OCD.

Dr. Rajab Abu Malih, mushrif islamonline.net mengutip beberapa pendapat ahli fikih menyatakan:

أما عن حكم طلاق الموسوس: فطلاق الموسوس، لا يقع، سواء خطر في ذهنه لم ينطق أو يتلفظ به، أو تلفظ به تلفظاً صريحاً. نقل ابن عابدين عن الليث: في مسألة طلاق الموسوس أنه لا يجوز طلاق الموسوس، قال: يعني المغلوب في عقله، ومعنى لا يجوز أي لا يقع. ويقول ابن القيم في إعلام الموقعين عن رب العالمين: إن المطلق إن كان زائل العقل بجنون أو إغماء أو وسوسة لا يقع طلاقه.

Artinya: Hukum orang was-was, maka talaknya tidak terjadi. Sama saja ada lintasan di hatinya atau mengucapkannya, atau mengucapkan kata talak dengan lafaz sharih. Ibnu Abidin menukil dari Al Lais dalam soal talaknya orang was-was bahwasanya talaknya orang was-was itu tidak boleh (tidak terjadi). Ia berkata: yaitu orang yang akalnya dikuasai was-was. Arti tidak boleh maksudnya tidak terjadi talaknya. Ibnul Qayyim dalam I'lam Al-Muwaqqi'in 'an Rabbil Alamin berkata: Suami yang mentalak apabila hilang akal karena gila, epilepsi atau was-was maka tidak terjadi talaknya.
Baca detail: Cerai dalam Islam

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url