Air Diam Yang Tercampur Benda Cair

Air Diam Yang Tercampur Benda Cair

Air Diam (23): Air Yang Tercampur Benda Cair

Apabila seseorang mengambil air. Lalu air itu kecampuran susu, bubur sawiq,[1] madu lalu air itu menjadi larut di dalamnya, maka air itu tidak boleh dibuat wudhu. Karena air larut di dalamnya. Air ini disebut air bubur sawiq, air susu, air madu, air yang tercampur.

Apabila benda cair berupa bubur sawiq, susu, madu itu sedikit lalu dilempar ke dalam air dan benda cair itu larut di dalamnya sedangkan warna air itu jelas dan tidak ada rasa benda cair yang dilempar tadi maka air tersebut boleh dipakai berwudhu karena ini masih disebut air. Begitu juga air boleh dipakai berwudhu apabila ada benda seperti makanan dan minuman, dan lain-lain yang tercampur ke dalam air kecuali apabila airnya menetap di dalam benda itu.

Apabila air menetap di tanah kemudian berbau atau berubah, ia boleh dipakai berwudhu karena masih bernama air. Berbeda halnya apabila air itu tercampur dengan benda lain seperti air itu tercampur dengan air mawar kemudian tercium bau mawar yang dominan maka tidak boleh dipakai berwudhu karena air itu sudah larut dalam air mawar. Karena air itu sudah jelas. Sedang air mawar itu tidak.


وَإِنْ أَخَذَ مَاءً فَشِيبَ بِهِ لَبَنٌ أو سَوِيقٌ أو عَسَلٌ فَصَارَ الْمَاءُ مُسْتَهْلَكًا فيه لم يُتَوَضَّأْ بِهِ لِأَنَّ الْمَاءَ مُسْتَهْلَكٌ فيه إنَّمَا يُقَالُ لِهَذَا مَاءُ سَوِيقٍ وَلَبَنٍ وَعَسَلٍ مَشُوبٌ

وَإِنْ طُرِحَ منه فيه شَيْءٌ قَلِيلٌ يَكُونُ ما طُرِحَ فيه من سَوِيقٍ وَلَبَنٍ وَعَسَلٍ مُسْتَهْلَكًا فيه وَيَكُونُ لَوْنُ الْمَاءِ الظَّاهِرُ وَلَا طَعْمَ لِشَيْءٍ من هذا فيه تَوَضَّأَ بِهِ وَهَذَا مَاءٌ بِحَالِهِ وَهَكَذَا كُلُّ ما خَالَطَ الْمَاءَ من طَعَامٍ وَشَرَابٍ وَغَيْرِهِ إلَّا ما كان الْمَاءُ قَارًّا فيه

فإذا كان الْمَاءُ قَارًّا في الْأَرْضِ فَأَنْتَنَ أو تَغَيَّرَ تَوَضَّأَ بِهِ لِأَنَّهُ لَا اسْمَ له دُونَ الْمَاءِ وَلَيْسَ هذا كما خُلِطَ بِهِ مِمَّا لم يَكُنْ فيه وَلَوْ صَبَّ على الْمَاءِ مَاءَ وَرْدٍ فَظَهَرَ رِيحُ مَاءِ الْوَرْدِ عليه لم يَتَوَضَّأْ بِهِ لِأَنَّ الْمَاءَ مُسْتَهْلَكٌ فيه وَالْمَاءُ الظَّاهِرُ لَا مَاءُ الْوَرْدِ

CATATAN:

[1] Bubur sawiq adalah makanan yang dibuat dari tepung gandum atau biji-bijian.

Air Orang Non-Muslim itu Suci (27)


ماء النصراني والوضوء منه

( قال الشافعي ) أخبرنا سفيان بن عيينة عن زيد بن أسلم عن أبيه أن عمر بن الخطاب توضأ من ماء نصرانية في جرة نصرانية

( قال الشافعي ) ولا بأس بالوضوء من ماء المشرك وبفضل وضوئه ما لم يعلم فيه نجاسة ; لأن للماء طهارة عند من كان وحيث كان حتى تعلم نجاسة خالطته


BAB STATUS AIR ORANG NASRANI (NON-MUSIM) DAN BERWUDHU DARINYA

Imam Syafi'i berkata Sofyan bin Uyainah menceritakan padaku dari Zaid bin Aslam dari ayahnya bahwa Umar bin Khattab pernah berwudhu dari air orang Nasrani dalam bejana milik orang Nasrani.

Imam Syafi'i berkata: Boleh berwudhu dari air orang musyrik (kafir/nonmuslim) dan dari kelebihan wudhunya selagi tidak diketahui ada najis. Karena air itu suci di tangan siapapun dan dalam keadaan apapun kecuali diketahui ada tercampur najis.

Bab Wadah yang Bisa Dibuat Wudhu


باب الآنية التي يتوضأ فيها

ولا يتوضأ (قال الشافعي) أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن عبيد الله بن عبد الله عن ابن عباس أنه قال مر النبي صلى الله عليه وسلم بشاة ميتة قد كان أعطاها مولاة لميمونة زوج النبي صلى الله عليه وسلم قال فهلا انتفعتم بجلدها قالوا يا رسول الله إنها ميتة فقال إنما حرم أكلها أخبرنا ابن عيينة عن الزهري عن عبيد الله عن ابن عباس عن النبي صلى الله عليه وسلم مثله أخبرنا ابن عيينة عن زيد بن أسلم سمع ابن وعلة سمع ابن عباس سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول أيما إهاب دبغ فقد طهر أخبرنا مالك عن زيد بن أسلم عن ابن وعلة عن ابن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال إذا دبغ الإهاب فقد طهر أخبرنا مالك عن يزيد بن عبد الله بن قسيط عن محمد بن عبد الرحمن بن ثوبان عن أبيه عن عائشة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمر أن يستمتع بجلود الميتة إذا دبغت (قال الشافعي) فيتوضأ في جلود الميتة كلها إذا دبغت وجلود ما لا يؤكل لحمه من السباع قياسا عليها إلا جلد الكلب والخنزير فإنه لا يطهر بالدباغ لأن النجاسة فيهما وهما حيان قائمة وإنما يطهر بالدباغ ما لم يكن نجسا حيا. والدباغ بكل ما دبغت به العرب من قرظ وشب وما عمل عمله مما يمكث فيه الإهاب حتى ينشف فضوله ويطيبه ويمنعه الفساد


Imam Syafi'i berkata: Telah menceritakan padaku Malik dari Ibnu Syihab dari Ubaidillah bin Abdillah dari Ibnu Abbas ia berkata: Nabi pernah melihat seekor kambing yang mati yang pernah diberikannya pada bekas budak Maimunah - istri Nabi Muhammad. Maka beliau lalu bersabda: "Mengapa engkau tidak mengambil manfaat dengan kulitnya?" Para Sahabat menjawab: "Dia itu bangkai Ya Rasulullah." Nabi menjawab: "Yang diharamkan memakannya." Dikabarkan pada kami oleh Ibnu Uyainah dari Al-Zuhri dari Ubaidillah dari Ibnu Abbas dari Nabi seperti di atas.

Dikabarkan kepada kami dari Ibnu Uyainah dari Zaid bin Aslam yang mendengar dari Ibnu Wa'lah yang mendengar dari Ibnu Abbas yang mendengar dari Nabi ia bersabda: "Kulit apapun yang disamak maka suci."

Dikabarkan pada kami oleh Malik dari Zaid bin Abdullah bin Qasid dari Muhammad bin Abdurrahman bin Tsauban dari ayahnya dari Aisyah bahwa Rasulullah memerintahkan untuk menikmati (mengambil manfaat) kulit bangkai yang sudah disamak.

Imam Syafi'i berkata: "Maka dapatlah berwudhu memakai wadah kulit bangkai semuanya apabila sudah disamak. Juga boleh kulit hewan yang tidak bisa dimakan dagingnya dari binatang buas sebagai analogi padanya kecuali kulit anjing dan babi. Keduanya tidak suci dengan disamak. Karena najis itu melekat pada keduanya ketika masih hidup. Sedangkan kulit binatang yang bisa suci dengan disamak adalah yang suci ketika hidup.

Cara menyamak adalah dengan memakai alat apapun yang biasa dipakai orang Arab untuk menyamak seperti daun salam, tawas, dan yang dapat berfungsi seperti benda itu.[]

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url